“Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu.” (HR. At-Tirmidzi)

Sebagian
besar sejarawan Syiah dan Ahlussunah meyakini bahwa Fatimah az Zahra
dilahirkan pada 20 Jumadil Tsani, tahun kelima diutusnya Nabi saw di
Mekkah al Mukarramah. Sebagian sejarawan bahwa beliau lahir pada tahun
ketiga atau kedua diutusnya Nabi saw. Seorang sejarawan dan ahli hadis
Sunni berpendapat bahwa Fatimah lahir pada tahun pertama diutusnya Nabi
saw. Jelas sekali bahwa menyingkap fakta seputar hari lahir dan hari
wafat tokoh-tokoh besar dalam sejarah—meskipun dari sudut pandang
sejarah dan penelitian berharga dan patut dijadikan bahan kajian—namun
dari sisi analisa kepribadian tidaklah begitu penting. Yang penting dan
utama adalah peran mereka dalam menentukan nasib manusia dan sejarah.
Patut direnungkan bahwa Fatimah az Zahra terdidik di madrasah ayahnya,
Rasul saw yang notabene adalah rumah kenabian. Sebuah rumah yang disitu
wahyu dan ayat-ayat Al Qur’an diturunkan.


Fatimah termasuk kelompok pertama dari kaum Muslimin yang beriman
kepada Allah Swt dan ia begitu tegar dan kukuh dalam keimanannya. Saat
itu rumah yang dihuni Fatimah adalah satu-satunya rumah di kawasan
Jazirah Arab dan dunia yang meneriakkan suara tauhid: “Allahu Akbar”.
Az Zahra adalah satu-satunya perempuan belia di Mekkah yang mencium dan
merasakan aroma tauhid di sekitarnya. Ia berada di rumahnya sendirian.
Ia melalui masa kanak-kanaknya sendirian. Dua saudara perempuannya,
yaitu Ruqayyah dan Kultsum berusia lebih tua beberapa tahun darinya.
Barangkali rahasia di balik kesendirian ini adalah bahwa Fatimah sejak
kecil harus memfokuskan perhatiannya pada latihan fisik dan pendidikan
spiritual. Setelah menikah dengan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib,
Fatimah tampil sebagai wanita teladan sepanjang masa. Putri Nabi saw
ini bukan hanya teladan bagi kehidupan suami-istri dan menjadi potret
keluarga Muslimah ideal, melainkan ia pun menjadi teladan dalam masalah
ketaatan dan ibadah kepada Allah Swt.


Setelah selesai mengerjakan tugas rumah, Fatimah sibuk beribadah. Ia
menunaikan shalat, berdoa, dan bermunajat di hadapan Sang Maha Esa
serta mendoakan orang lain. Imam as Shadiq as meriwayatkan hadis yang sanad-nya
(mata raktai perawi) bersambung ke Imam Hasan bin Ali as yang berkata:
Aku melihat ibuku Fatimah as yang sedang menunaikan shalat di mihrabnya
pada malam Jum`at dimana ia rukuk dan sujud sampai fajar Shubuh
menyingsing. Dan aku mendengarnya berdoa untuk kaum mukminin dan kaum
mukminat dan ia menyebut nama-nama mereka serta memperbanyak doa untuk
mereka, bahkan ia tidak berdoa untuk dirinya sendiri sedikit pun. Lalu
aku bertanya kepadanya: Wahai ibu, mengapa engkau tidak berdoa untuk
dirimu sendiri sebagaimana engkau berdoa untuk orang lain? Ia menjawab:
Wahai anakku, sebaiknya (mendoakan) tetangga dulu lalu (penghuni) rumah
(diri kita dan orang-orang yang dekat dengan kita).



TASBIH AZ ZAHRA DAN KEUTAMAANNYA



Fatimah
berkata kepada ayahnya: Wahai ayahku, aku tidak tahan lagi mengurusi
rumah. Carikanlah pembantu untukku yang dapat meringankan pekerjaan
rumahku. Rasul berkata kepadanya: Wahai Fatimah, apakah kamu tidak
menginginkan sesuatu yang lebih baik dari pembantu? Ali berkata:
Katakanlah, iya. Fatimah berkata: Wahai ayahku, apa yang lebih baik
dari pembantu? Rasul saw menjawab: Engkau bertasbih kepada Allah SWT
pada setiap hari sebanyak 33 kali dan engkau bertahmid
sebanyak 33 kali dan bertakbir sebanyak 34 kali. Semuanya berjumlah 100
dan memiliki kebaikan dalam timbangan. Wahai Fatimah, bila engkau
mengamalkannya pada setiap pagi hari maka Allah akan memudahkan urusan
dunia dan akhiratmu. Berkenaan
dengan firman Allah, "Dan kaum pria dan kaum wanita yang banyak
berzikir kepada Allah," Imam ash Shadiq berkata: Barangsiapa terbiasa
membaca tasbih Fatimah as maka ia termasuk kaum pria dan kaum wanita
yang banyak berzikir.
Diriwayatkan dari Imam Baqir as yang berkata: Rasulullah saw berkata
kepada Fatimah, Wahai Fatimah, bila kamu hendak tidur di waktu malam
maka bertasbihlah kepada Allah sebanyak 33 kali dan bertahmidlah
sebanyak 33 kali dan bertakbirlah sebanyak 34 kali. Semuanya berjumlah
seratus. Dan pahalanya lebih berat dari gunung emas Uhud dalam timbangan akhirat.
Diriwayatkan dari Abi Abdillah ash Shadiq yang berkata: Tasbih Fatimah
as setiap hari usai shalat lebih aku sukai daripada shalat seribu
rakaat dalam setiap hari.
Imam Shadiq as berkata: Barangsiapa bertasbih dengan tasbih Fatimah as
sebelum ia membentangkan kakinya dalam shalat fardhu maka Allah akan
mengampuninya. Dan hendaklah ia memulai dengan takbir. Diriwayatkan oleh Abi Ja`far al Baqir yang berkata: Tiada pengagungan bagi Allah yang lebih utama daripada tasbih Fatimah.
Imam Baqir as berkata: Barangsiapa bertasbih dengan tasbih az Zahra
kemudian ia beristigfar maka ia akan diampuni. Ia (tasbih itu)
berjumlah seratus namun bernilai seribu dalam timbangan dan ia mampu
mengusir setan dan membuat Tuhan Yang Maha Pengasih ridha.
Imam ash Shadiq as berkata: Barangsiapa bertasbih dengan tasbih Fatimah
as usai shalat fardhu sebelum ia membentangkan kedua kakinya maka Allah
akan menyediakan surga baginya.
Imam ash Shadiq as berkata: Barangsiapa bertasbih dengan tasbih Fatimah
as yang berjumlah seratus usai shalat fardhu sebelum ia membentangkan
kedua kakinya lalu diikutinya dengan membaca "lailaha illallah"
sebanyak satu kali maka ia akan diampuni. "Tasbih Az Zahra" ini terdapat juga dalam kitab-kitab muktabar Ahlussunah dan cukup populer di kalangan kaum Muslimin.



Ilmu Fatimah az Zahra


Segala rahasia ilmu yang didapatkannya dari ayahnya dicatat oleh Ali
bin Abi Thalib lalu Fatimah mengumpulkannya sehingga jadilah kitab yang
bernama Mushaf Fatimah.



Mengajari Orang Lain



Abu
Muhammad al Askari berkata: Seorang wanita datang ke Fatimah az Zahra
dan berkata: Sesungguhnya saya mempunyai seorang ibu yang lemah dan ia
memakai sesuatu saat mengerjakan shalatnya, dan ia mengutusku untuk
menemuimu dan bertanya padamu. Lalu Fatimah menjawab pertanyaannya.
Wanita tersebut berkata: Aku tidak ingin merepotkanmu wahai putri
Rasulullah saw. Fatimah menjawab: Datanglah kemari dan tanyalah apa
yang tidak jelas bagimu. Apakah engkau mengira seseorang yang sehari
disewa untuk mendaki tanah dengan membawa muatan yang berat dimana
upahnya seratus ribu Dinar, lalu ia keberatan melakukan itu? Wanita
tersebut menjawab: Tidak! Ketahuilah bahwa aku—dalam setiap masalah
(pertanyaan) yang aku selesaikan—diupah lebih besar dari permata yang
ada di antara bumi dan arasy. Sehingga karena itu, aku tidak merasa
berat sama sekali.
Fatimah berusaha memperkenalkan tugas dan kewajiban para wanita dengan
cara mengajari mereka hukum dan pengetahuan Islam. Keberhasilan
pendidikan Fatimah ini bias kita lihat pada sosok anak didiknya yang
sekaligus pembantunya yang bernama, Fidhah. Fatimah berhasil menyulap
Fidhah menjadi wanita istimewa dimana selama dua puluh tahun ia hanya
berbicara dengan Al Quran. Setiap kali Fidhah menginginkan sesuatu atau
menjelaskan sesuatu maka ia mengutip ayat Al Qur'an yang sesuai dengan
keinginan dan maksudnya, sehingga dimengerti oleh lawan bicaranya.
Fatimah bukan hanya tidak pernah mengenal lelah dalam mempelajari ilmu,
bahkan dalam menjelaskan masalah-masalah agama ke orang lain pun ia
selalu bersemangat dan sabar melayani pertanyaan orang-orang yang
merujuk kepadanya. Suatu hari seorang wanita dating padanya sembari
berkata: Aku memiliki ibu yang sudah lanjut usia. Ibuku salah
mengerjakan shalatnya lalu ia mengutus aku untuk bertanya kepadamu. Az
Zahra pun menjawab pertanyaannya. Wanita itu pun datang kembali dan
menyampaikan pertanyaan kedua. Fatimah pun menjawabnya. Hal ini terus
berulang sampai sepuluh kali. Setiap kali wanita itu datang, ia merasa
malu karena lagi-lagi datang ke Fatimah dan menganggunya. Lalu wanita
itu berkata kepada Fatimah: Aku tidak akan pernah merepotkanmu kembali.
Fatimah menjawab: Tidak menjadi masalah bagiku, datanglah kemari lagi
dan lontarkanlah pertanyaanmu. Aku tidak akan pernah marah atau capek
melayani pertanyaanmu. Sebab, aku mendengar ayahku bersabda: Pada hari
kiamat para ulama pengikut kami akan dikumpulkan dan akan diberikan
pakaian (sebagai hadiah) yang berharga kepada mereka. Kualitas pakaian
tersebut disesuaikan dengan kadar usaha mereka di bidang pengarahan dan
pemberian bimbingan kepada hamba-hamba Allah.



Ibadah Fatimah az Zahra



Hasan
Basri (wafat tahun 110 H), salah seorang abid (ahli ibadah) dan seorang
sufi terkenal mengatakan bahwa Fatimah az Zahra begitu luar biasa dalam
beribadah sehingga [seperti ayahnya Rasulullah saw] kedua kakinya
bengkak. Hasan Basri juga menegaskan bahwa tidak ada seorang pun di
tengah umat yang mampu menandingi zuhud, ibadah dan ketakwaan Fatimah.

Kalung Yang Penuh Berkah

Pada
suatu hari Rasulullah saw melakukan perjalanan. Saat itu Ali
mendapatkan sedikit ganimah lalu ia menyerahkannya kepada Fatimah. Putri
Nabi saw ini memakai dua gelang dari perak dan ia menggantung kain di
atas pintunya. Ketika Rasulullah saw datang maka ia memasuki masjid
lalu ia menuju rumah Fatimah sebagaimana yang biasa dilakukannya.
Fatimah berdiri gembira menyambut ayahnya. Rasul saw melihat dua gelang
yang terbuat dari perak yang ada di tangannya, juga kain yang
tergantung di atas pintunya. Lalu beliau duduk sambil memandanginya.
Fatimah pun menangis dan sedih. Kemudian ia memanggil kedua putranya
dan mencabut kain penutup yang dipasangnya dan kedua gelangnya sambil
berkata kepada mereka: Sampaikan salam kepada ayahku dan katakan
kepadanya, kami tidak membuat sesuatu yang baru selain ini. Serangkan
benda ini kepadanya sehingga ia dapat menginfakkannya di jalan Allah.
Kemudian Rasul saw berkata: Semoga Allah SWT merahmati Fatimah dan
memberinya pakaian dari pakaian surga dan memberinya kalung dari surga.[

Seorang
Arab Baduwi datang kepada Nabi saw dan berkata: Wahai Nabi Allah, aku
sedang lapar maka berilah aku makanan dan aku telanjang maka berilah
aku pakaian dan aku adalah orang fakir maka bantulah aku. Lalu Nabi saw
berkata kepadanya: Aku tidak memiliki sesuatu yang dapat aku berikan
padamu, namun orang yang menjadi pembimbing atas kebaikan sama dengan
pelaku kebaikan tersebut. Pergilah kami ke rumah orang yang mencintai
Allah dan Rasul-Nya dan Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya. Saat itu
Ali, Fatimah dan Rasulullah saw belum makan selama tiga hari. Kemudian
orang Arab Baduwi tersebut datang kepada Fatimah dan meminta bantuan
padanya. Fatimah memberinya kalung yang tergantung di lehernya dimana
kalung tersebut merupakan hadiah dari putri pamannya Fatimah binti
Hamzah bin Abdul Muthhalib. Fatimah berkata kepada orang tersebut:
Ambillah ini dan juallah. Semoga Allah menggantimu dengan apa yang
terbaik darinya. Orang fakir itu datang kepada Nabi saw sambil membawa
apa yang didapatinya dari Fatimah lalu beliau menangis. Kemudian Ammar
bin Yasir membeli kalung itu seharga dua puluh Dinar dan dua ratus
Dirham dan ia menggenyangkan orang fakir itu dengan roti dan daging.
Ammar melipat kalung itu di bawah kain dan berkata kepada budaknya,
Saham: Ambillah kalung ini dan serahkanlah kepada Nabi saw dan engkau
pun menjadi miliknya. Budak itu mengambil kalung tersebut dan
menyerahkannya kepada Nabi saw serta memberitahukan perkataan Ammar
tersebut pada beliau. Beliau berkata: Pergilah ke rumah
Fatimah dan serahkanlah kepadanya serta kau pun aku serahkan padanya.
Lalu budak itu datang ke Fatimah dan memberitahukan perkataan Nabi saw
padanya. Fatimah mengambil kalung tersebut dan membebaskan budak itu.
Kemudian budak itu tertawa. Fatimah bertanya kepadanya: Apa yang
membuatmu tertawa? Ia menjawab: Aku tertawa melihat betapa besarnya
keberkahan kalung ini: Ia menggenyangkan orang yang lapar, menutupi
orang yang telanjang, memampukan orang yang miskin dan memerdekakan
budak dan kembali lagi ke empunya.



Peran Fatimah dalam Peperangan di Masa Awal Islam

Selama 10 tahun pemerintahan Nabi saw di Madinah, terjadi 27 atau 28 peperangan (ghazwah) dan 35 sampai 90 Sariyah. Ghazwah ialah peperangan yang langsung dipimpin oleh Nabi saw dan
beliau melihat dari dekat proses terjadinya peperangan dan segala
taktik dan strategi perang berada dalam control beliau langsung.
Sedangkan Sariyah adalah peperangan yang tidak langsung dipimpin oleh
Nabi saw, namun beliau menunjuk sahabatnya untuk memimpin peperangan.
Terkadang Sariyah ini menyita waktu cukup lama (sekitar dua atau tiga
bulan) karena jauhnya gelanggang peperangan dari Madinah. Dapat
dipastikan bahwa Ali bin Abi Thalib selama menikah dengan Fatimah
banyak menghabiskan waktunya di medan peperangan atau diutus sebagai
juru dakwah. Selama ketidakhadiran suaminya, Fatimah dengan baik mampu
memerankan sebagai ibu yang ideal bagi anak-anaknya dan ia berhasil
mendidik mereka sebaik mungkin, sehingga Ali begitu tenang meninggalkan
keluarganya dan tidak pernah memikirkan urusan pendidikan anaknya dan
konsentrasinya benar-benar terfokus hanya pada jihad. Selama masa ini,
Fatimah juga membantu keluarga syuhada dan berbelasungkawa kepada
mereka, dan terkadang ia memotifasi para wanita yang menjadi
sukarelawan yang mengobati dan menangani korban perang dan tak jarang
Fatimah terjun langsung menolong para korban luka-luka akibat perang.
Dalam perang Uhud, misalnya, Rasulullah saw mengalami luka parah.
Fatimah beserta Ali, suaminya cukup bekerja keras untuk menghentikan
pendarahan yang dialami ayahnya dimana sejarah menceritakan bahwa
Fatimah membakar semacam jerami lalu menebarkan abunya ke luka ayahnya
sehingga darahnya terhenti.



Fatimah dan Kepergian Nabi saw



Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dalam Musnad-nya
dari Aisyah yang berkata: Ketika Rasulullah saw sakit, maka beliau
memanggil putrinya Fatimah. Lalu beliau menghiburnya tapi Fatimah malah
menangis kemudian beliau menghiburnya kembali lalu ia tertawa. Lalu aku
bertanya kepada Fatimah perihal hal itu. Fatimah menjawab: Aku menangis
karena ia memberitahuku bahwa ia akan meninggal dunia sehingga aku
menangis, kemudian dia memberitahuku bahwa aku yang pertama kali
menyusulnya di antara keluargaku sehingga aku tertawa. Pengarang kitab
Kasyful Ghummah pada juz dua dalam kitabnya mengatakan: Karakter
manusia biasanya membenci kematian dan berusaha lari darinya. Yang
demikian ini karena manusia cinta dan cenderung kepada dunia—kami tidak
dapat menyebutkan semua riwayat ini karena begitu panjang—sedangkan
Fatimah as adalah wanita muda yang masih mempunyai anak kecil dan suami
yang mulia. Ironisnya, ketika ayahnya memberitahunya bahwa ia yang
tercepat di antara keluarganya yang akan menyusul Nabi maka ia merasa
sedih terhadap kematian ayahnya dan justru tertawa dan bahagia karena
ia pun akan meninggalkan dunia dan berpisah dengan kedua anaknya dan
suaminya. Fatimah justru bergembira ketika akan menjemput mati.

Ini
adalah masalah yang besar dimana manusia tidak akan mampu mengenali
sifatnya dan hati tidak terbimbing untuk mengetahuinya. Hal yang
demikian adalah suatu masalah yang Allah SWT mengajarkannnya kepada
keluarga yang mulia ini dan suatu rahasia dimana Allah memberikan
kepada mereka keutamaan dan mengkhususkan mereka dengan mukjizat-Nya
dan tanda-tanda kebesaran-Nya.

Diriwayatkan
dari Imam Baqir as yang berkata: Sepeninggal Rasulullah saw, Fatimah
tidak pernah terlihat dalam keadaan tertawa sehingga ia meninggal dunia.

Diriwayatkan
dari Imam as Shadiq yang berkata: Ada lima orang yang suka menangis:
Adam, Ya`qub, Yusuf, Fatimah binti Muhammad dan Ali bin Husain as.
Adapun Adam, ia menangis karena harus meninggalkan surga dimana ia
diletakkan di suatu lembah, sedangkan Ya`qub, ia menagisi Yusuf hingga
matanya buta, sedangkan Yusuf menangisi perpisahannya dengan Ya`qub
hingga terganggu karenanya para penghuni penjara, adapun Fatimah, ia
menangis karena kepergian Nabi saw sehingga karenanya penduduk Madinah
terganggu. Bahkan mereka berkata kepadanya, banyaknya tangisanmu
membuat kami terganggu. Lalu Fatimah pergi ke makam syuhada dan
menangis di sana sampai puas lalu ia pulang. Sedangkan Ali bin Husein
menangis karena kesyahidan ayahnya selama dua puluh tahun atau empat
puluh tahun.

Diriwayatkan
bahwa Ali berkata: Ketika aku mencuci baju Nabi saw maka Fatimah
berkata, perlihatkanlah kepadaku baju itu. Lalu Fatimah menciumnya dan
pingsan. Takkala aku mengetahui hal itu maka aku menyembunyikan pakaian
itu (hingga kejadian ini tidak terulang kembali).

Takkala
Nabi saw meninggal, Bilal tidak mau mengumandangkan azan dimana ia
berkata: Aku tidak mau mengumandangkan azan untuk seseorang setelah
meninggalnya Nabi saw. Kemudian pada suatu hari Fatimah berkata: Aku
ingin mendengar suara muazin ayahku yang mengumandangkan azan. Lalu hal
tersebut sampai ke telinga Bilal sehingga ia mengumandangkan azan dan
memulainya dengan takbir "Allahu Akbar". Fatimah mulai mengingat-ingat
kebersamaannya dengan ayahnya sehingga ia tidak mampu membendung air
matanya. Dan ketika Bilal sampai ke kalimat "Asyhadu anna Muhammadan
Rasulullah", Fatimah tidak kuasa menahan dirinya dan ia pun terjatuh
pingsan. Kemudian mereka mengira bahwa ia telah mati dan Bilal pun
tidak melanjutkan azannya. Takkala Fatimah sadar, ia meminta Bilal
untuk melanjutkan azannya namun Bilal dengan berat hati menolak sambil
berkata: Wahai penghulu para wanita, aku khawatir terjadi sesuatu pada
dirimu. Dan Fatimah pun mengerti kecemasan Bilal dan memaafkannya.

Diriwayatkan
bahwa Fiddah, pembantu wanita Fatimah berkata kepada Waraqah bin
Abdullah al Azdi: Ketahuilah bahwa ketika Rasulullah saw meninggal
dunia, maka orang tua dan muda sangat terguncang dengan kematiannya
dimana mereka semua larut dalam tangisan. Musibah ini sangat berat
dipikul oleh kaum kerabat beliau dan para sahabatnya. Dan tak seorang
pun yang lebih bersedih dan lebih banyak menangis daripada tuanku,
Fatimah dimana selama tujuh hari Fatimah mengadakan mejelis ratapan.
Selama hari-hari itu Fatimah tidak pernah berhenti menangis dan
merintih, bahkan setiap hari tangisannya lebih banyak dari hari
sebelumnya. Dan ketika memasuki hari kedelapan, Fatimah meluapkan
kesedihannya yang terpendam dimana ia meratapi ayahnya: Oh ayahku, oh
pilihan Allah, oh Muhammad, oh Abu Qasim, duhai pelindung para janda
dan yatim, siapa lagi yang mendirikan shalat, siapa lagi yang
melindungi putrimu yang kehilangan orang tuanya! Bahkan dikatakan bahwa
Fatimah kehabisan suara saat meratapi ayahnya dan sempat mengalami
pingsan. Lebih jauh lagi, ia berkata: Duhai ayah, sepeninggalmu aku bak
orang yang hidup sendirian. Kehidupanku dipenuhi dengan duri-duri
bencana dan petaka. Sepeninggalmu banyak peristiwa besar terjadi yang
membuat kami menderita dan semua jalan tertutup buat kami hingga kami
tak dapat meloloskan diri. Sepeniggalmu aku kecewa melihat dunia ini
dan aku senantiasa menangis. Kemudian Fatimah membacakan syair:

Tiap hari aku memperbaharui kesedihanku atasmu

Demi Allah, luka hatiku semakin besar dan berat

Tiap hari deritaku semakin menjadi-jadi

Beratnya perpisahnku denganmu tak dapat dipungkiri

Adalah benar di dalam hati ada kesabaran

Namun sunguh berat mempertahankannya saat berkenaan denganmu

Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib bahkan membangun rumah untuk Fatimah di
Baqi yang terkenal dengan sebutan "Baitul Ahzan" (rumah kesedihan).
Saat pagi hari, Fatimah membawa Hasan dan Husein ke Baqi dan menangis
di sana.





Akhir Hayat Fatimah

Diriwayatkan
bahwa Abi Abdillah ash Shadiq as berkata: Fatimah meninggal pada bulan
Jumadil Akhir, hari Selasa, tahun sebelas Hijrah.

Diriwayatkan
dari Ummu Salma, istri Abi Rafi` yang berkata: Fatimah sakit. Di hari
menjelang kematiannya, ia berkata: Datangkanlah untukku air! Lalu aku
menuangkan air untuknya hingga ia mandi dengan air tersebut dengan cara
yang terbaik. Kemudian ia berkata: Bawalah untukku pakaian yang baru
hingga aku dapat memakainya. Lalu Fatimah berbaring dan menghadap
kiblat dan ia meletakkan tangannya di bawah pipinya dan berkata:
Sebentar lagi aku akan meninggal...

Diriwayatkan
dari Jabir al Anshari yang berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw
berkata kepada Ali bin Abi Thalib as—tiga hari sebelum beliau
meninggal: Salam kepadamu wahai ayah dua sekuntum bunga. Aku berwasiat
kepadamu tentang dua sekuntum bungaku di dunia. Demi Allah wahai
khalifahku, sebentar lagi dua sandaranmu akan roboh. Ketika Rasulullah
saw meninggal, Ali as berkata: Inilah salah satu sandaran yang
dikatakan Rasul saw padaku dan takkala Fatimah meninggal, Ali berkata:
inilah sandaranku yang kedua.

Fatimah
as lahir lima tahun setelah tahun pengutusan Nabi saw dan ia meninggal
dunia saat berusia delapan belas tahun lima puluh tujuh hari, dan
sepeninggal ayahnya ia hidup selama tujuh puluh lima hari.

Imam
ar Ridha pernah ditanya tentang kuburan Fatimah as lalu beliau
menjawab: Ia dimakamkan di rumahnya, namun ketika Bani Umayyah banyak
datang ke Masjid, ia berada di Masjid. Ada yang mengatakan bahwa ia disemayamkan di Baqi.

Fatimah
mengalami sakit keras dan ia bertahan selama empat puluh hari atas
sakitnya hingga ia meninggal. Saat menjelang ajalnya, ia memanggil Ummu
Aiman dan Asma` binti Umais dan sambil memandang suaminya Ali, ia
berkata: Wahai putra pamanku, engkau tidak pernah mendapatiku dalam
keadaan berbohong dan berkhianat, dan selama aku menjadi istrimu, aku
tidak pernah menentangmu. Ali menjawab: Aku berlindung kepada Allah,
engkau lebih tahu tentang Allah dan lebih baik dan lebih takwa di
sisi-Nya serta lebih takut kepada-Nya. Sungguh musibahmu di sisiku sama
dengan musibah Rasulullah saw. Sungguh besar kematianmu. Dan kita
adalah milik Allah dan kepada-Nya kita akan kembali.

Lelaki Akhirat

Smile World >> 02.25 >>

Brigade al-Qassam sangat ditakuti israel. Tak mudah memang menjadi anggota brigade ini, benar-benar mujahid pilihan. Tangguh, skill tempur yang tinggi, mental membaja, tekad yang kuat, dan semangat jihad yang senantiasa menggelora, bergemuruh di jiwa mereka, tak pernah padam, dilandasi keimanan yang kokoh dan keikhlasan dalam berjuang. Jika belum hafizh al-Qur’an (30 juz), tak bisa masuk dalam pasukan elit ini. Wajar jika israel gentar nyalinya, meski dipersenjatai dengan tank baja, senjata mutakhir dan pesawat tempur canggih pasokan Amerika Serikat. Tentara langit tentu berbeda dengan tentara bumi. Lelaki akhirat pasti berbeda dengan lelaki bumi. Prajurit fikroh dan aqidah pasti berbeda dengan prajurit dengan ambisi duniawi dan polutannya.



Suatu ketika seorang ikhwah diizinkan masuk ke terowongan bawah tanah milik Hamas. Disitu ia bertemu dengan satu katibah al-Qassam. Semua memakai penutup wajah, sehingga ikhwah ini tak bisa melihat wajah dan tak kenal siapa lelaki-lelaki akhirat ini. Berkali-kali ia membujuk agar diizinkan melihat wajah pasukan khusus ini, tak seorangpun yang membukanya. Melihat keinginan kuatnya, akhirnya satu persatu mujahid membuka penutup wajahnya, semuanya, kecuali satu orang. Ikhwah ini kembali membujuk, hingga menyebut nama Allah, barulah ia mau menampakkan wajahnya. Betapa terkejutnya ikhwah ini, termasuk sebagian mujahidin al-Qassam, karena lelaki terakhir yang membuka penutup wajah itu, yang tak ingin orang-orang mengenalnya, yang sering terjun langsung berjihad melalui terowongan bawah tanah itu, yang menggentarkan tentara israel la’natullah, ternyata adalah orang nomor satu di Pemerintahan Palestina, pejabat tertinggi negara, perdana menteri, Ustadz Ismail Hanniyah. Allaahu Akbar…Allaahu Akbar.



Ikhwah fillah,

Sesungguhnya banyak kisah menakjubkan dari mujahid-mujahid Palestina yang patut menjadi contoh dan penumbuh semangat kita untuk bergerak di jalan dakwah ini. Beliau yang di satu sisi berpenampilan rapi, berjas berdasi, memimpin rapat-rapat kenegaraan bersama menteri-menteri, menerima tamu-tamu negara, tapi di saat lain ia al-hafizh berada di dalam terowongan bersama lelaki-lelaki akhirat, ia adalah anggota brigade super khusus yang siap menggempur israel la’natullah. Begitu sulit merangkai kata menjelaskannya.



Ikhwah fillah,

Sementara kita disini, di negeri ini merangkai amal demi amal, berharap dengan amal yang sedikit ini mampu membuat kita dipilih oleh Allah menjadi lelaki dan wanita akhirat, lelaki dan wanita surga. Maka kita malu jika lalai dalam ibadah, malu jika lalai menghadiri liqo-liqo pembinaan, apapun termasuk atas keterlambatan hadir, malu jika amanah dakwah tidak sempurna kita tunaikan, malu jika tidak memiliki semangat dalam harokah ini, malu untuk menyusun kata atas seringnya udzur, malu jika masih memiliki prasangka negatif kepada ikhwah, qiyadah dan jamaah ini, malu jika kita masih memiliki lintasan harapan keduniaaan dalam dakwah ini, berupa ambisi jabatan, popularitas, maupun kepentingan-kepentingan pribadi. Lindungi kami ya Allah.



Ikhwah fillah, yakinilah bahwa setiap apapun yang kita lakukan untuk dakwah ini, perjalanan kita menghadiri liqo di siang dan malam hari, ataupun rapat, aksi, silaturahim, maupun program dakwah lainnya, pasti dicatat oleh Allah SWT. Bahkan atsar atau bekas-bekas amal yang kita tinggalkan pun akan dikumpulkan Allah dalam Kitab-Nya. Ilmu dan nasihat yang kita sampaikan dalam halaqoh, ide-ide hasanah yang kita sampaikan dalam rapat-rapat…semua amal dan bekas-bekasnya itu, akan dikumpulkan lagi oleh Allah SWT. Allaahu Akbar.



Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang yang telah mati dan Kami mencatat apa-apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang nyata (QS Yasin:12)



Oleh karena itu ikhwah fillah, berikan yang terbaik dalam setiap amal kita, berikan yang terbaik dalam setiap liqo’ kita, landasi setiap amal dan pembicaraan dengan keikhlashan, pasti Allah mencatat itu semua.





Oleh: Ust. Dzulqarnaen

MELEPAS BELENGGU “NANTI”

Smile World >> 01.11 >>
“Pergunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara yang lain;
kehidupanmu sebelum datang kematianmu, kesehatanmu sebelum datang
penyaitmu, kekosonganmu sebelum datang kesibukanmu, masa mudamu sebelum
datang masa tuamu dan kekayaanmu seblum datang kemiskinanmu. (H.R.
Hakim)

Sahabat, ‘Nanti’ adalah sebuah kata yang berarti ‘penundaan’. Kalimat
ini kerap kita ungkapkan dalam setiap aktivitas yang belum
terselesaikan. Boleh jadi, kalimat ini tak terlalu salah kita ungkapkan
setelah sebelumnya berusaha keras untuk menyelesaikan pekerjaan. Tetapi
jika berkaitan dengan sebuah kewajiban yang harus segera kita lakukan,
maka kalimat '‘nanti’ ini akan berdampak kepada sikap menganggap remeh
pekerjaan. Ketahuilah; diantara kewajiban kita terhadap hari-hari yang
terlewati adalah mengisinya dengan ilmu dan amal sholeh, karena hidup
kita bukanlah besok atau juga kemaren, tetapi hidup kita adalah hari
ini. Karena ‘kemaren’ adalah waktu yang tak akan kembali dan ‘besok’
adalah waktu yang tak pernah kita ketahui.

Penting untuk kita renungkan, sebuah tulisan seorang pengembara; ia
adalah Muhammad bin Samrah. Kepada sahabatnya ia menulis surat;

“Hai saudaraku…!, jauhilah dirimu dari menunda pekerjaan.
Jagalah ! jangan sampai hal itu bersarang di dalam hatimu.
Menunda pekerjaan berarti bersahabat dengan kerusakan,
karena itulah adalah tempatnya kemalasan.
Menunda pekerjan berarti memutuskan cita-cita
dan penyia-nyiaan terhadap umur.

Jika kamu berbuat demikian, itu akan menjadi kebiasaanmu.
Jauhilah ragamu dari kebosanan yang telah berpaling darimu,
Karena itu tidak mendatangkan manfaat bagi jiwamu.

Hai Saudaraku…!, kamu akan selalu gembira, bila pekerjaanmu
telah kamu lakukan atau kamu akan menyesal bila kamu melalaikannya.

Saudaramu Sahabat, siapakah yang dapat menjamin seseorang dapat hidup
hingga esok hari. Secanggih apapun ilmu yang kita dapati, tak akan
mampu menahan kematian yang menghampiri. Sebanyak apapun harta yang
kita miliki, tak akan mampu membeli sebuah nyawa yang sudah diakhiri
dan sehebat apapun kekuasaan yang telah kita raih, tak akan bisa
mempengaruhi ketentuan ilahi. Karenanya, merupakan satu keberuntungan,
bila kita segera mengerjakan kebaikan dan menunaikan kewajiban. Dan
merupakan suatu kelemahan atau kerugian, jika kita menundanya sehingga
kesempatan berakhir.

Oleh karenanya sahabat, lepaslah belenggu ‘nanti’ dalam diri, sebab
keberadaannya hanya akan mendatangkan penyesalan panjang dalam hati.
Satu waktu; Umar bin Abdul Aziz dalam kelelahan karena begitu banyaknya
pekerjaan, ia mengungkapkan; “Pekerjaanku satu hari saja telah
membuatku menjadi letih, bagaimana kalau pekerjaan dua hari dikumpulkan
menjadi satu…?.

Sahabat, kita merasakan penyesalan yang teramat dalam bila kita secara
teledor menunda-nunda pekerjan yang seharusnya terselesaikan. Karena
dengan membiasakannya, kita akan menghadapi beban berat karena
bertambahnya pekerjaan. Terlebih ketika yang kita tunda adalah
kewajiban melaksanakan taat dan menunda untuk bertaubat dari perilaku
maksiat. Semakin kita biarkan hati berselimut maksiat, maka akan
semakin sulit membersihkannya karena sudah terlanjur berkarat.
Karenanya, segeralah bertaubat sebelum terlambat. Jangan biarkan hati
tertambat pada prilaku maksiat, karena hidup tak akan terasa nikmat
bila tak ada taat, di dunia tak mendapat rahmat dan tak mendapat tempat
yang layak di akhirat . Ahmad bin Athaillah menasehati: “ Penundaanmu
akan semua amal (kebaikan) karena menanti adanya waktu senggang
termasuk dari kebodohan-kebodohan jiwa”.

“YA Allah, jadikanlah sebaik-baik dari umurku adalah akhirnya,
sebaik-baik dari pekerjaanku adalah penutupannya dan sebaik-sebaiknya
hari-hariku adalah hari aku menghadap Engkau.”.

Hal-hal yang merusak jiwa

Smile World >> 20.20 >>
* Rangkuman Kajian Jelajah Hati : Ust Syatori AR (Ponpes Mahasiswi Darush Shalihat Jogjakarta)

Jiwa adalah karunia Allah, yang pada awalnya Allah ciptakan begitu sempurna untuk manusia.

Dimanakah jiwa itu sekarang? Jiwa berada dalam raga kita.

Allah sampaikan demikian dalam sumpah-Nya:

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا

Demi jiwa (dengan) segala penyempurnaannya (Q.S. Asy Syams: 7)

Allah tidak pernah bersumpah dengan raga manusia, tetapi dengan jiwa manusia. Tidak pernah Allah menyebut "Demi hidung" atau "demi kaki" atau "demi otak". Hal ini berarti Allah benar-benar menaruh perhatian khusus bagi jiwa manusia. Kita lebih sering melihat orang lain dari fisik atau raganya dulu. Berbeda dengan Allah yang melihat manusia hanya dari jiwanya saja. Mari melihat jiwa. Jiwa yang utuh akan membuat kita memandang kehidupan secara utuh. Mari kita lihat apakah jiwa kita utuh atau tidak.

Apa yang kita rasakan jika terjadi perbedaan pendapat? Orang yang jiwanya utuh, akan melihat perbedaan pendapat seperti sarana tuk saling menguatkan. Misal, ada perbedaan pendapat:

1: Jadilah pohon pisang: pantang mati sebelum mengeluarkan buah.

2: Jangan seperti pohon pisang: berbuah Cuma sekali dalam hidupnya.

Mana yang benar? Dua-duanya benar. Maka jiwa yang utuh melihat perbedaan pendapat dengan bijaksana dan dengan bingkai yang lebih menyeluruh.

Apa yang kita pahami tentang hidup?

Coba jawab dengan tepat. Apakah kita berpikir lama untuk menjawab?

Seorang ibu penjual gudeg jika ditanya, apa yang ibu pahami tentang gudeg?

Tentunya sang ibu akan menjawab dengan cepat, tepat, dan begitu panjang.

Sekarang, jika kita tanya kembali pada diri kita, apa yang kita pahami tentang hidup?

Lancarkah kita menjawab? Jika jawaban kita begitu lama dan bingung, jangan-jangan sebenarnya kita belum memahami esensi dari hidup itu sendiri? Jangan-jangan kita hanya memahami hidup bahwasannya hanya berdasar raga ini saja. Padahal pemahaman ini sangat berbahaya.

Misalkan seperti ini, Ketika kita shalat, bisa jadi shalat hanya persoalan gerakan raga dan bukan pekerjaan jiwa. Pernah dalam sebuah taklim guru besar, dijelaskan tentang keutamaan shalat awal waktu. Saat usai dijelaskan, salah seorang guru besar bertanya "pak ustadz, kalau seandainya saya ada janjian dengan mahasiswa untuk bimbingan disertasi antara waktu jam 12-15. Jika jam 14.30 itu mahasiswa itu baru datang, tentunya saya tidak akan menyalahkan dia. Bukankah shalat juga seperti itu? Kalau dzuhur antara jam 12-15, maka bukankah tidak salah jika saya shalat jam 14?"

Pertanyaan ini, kita melihat bahwa shalat hanya dipahami sebagai pekerjaan raga. Padahal dalam shalat tidak hanya unsur fiqih (aturan-aturan), tetapi juga ada akhlaknya. Mereka yang menganggap shalat itu pekerjaan raga (saja) menjadikan shalat hanyalah pekerjaan "numpang lewat".

Mari pahami hidup. Hidup itu keseluruhannya adalah kebaikan. Inilah bagian dari kaidah hidup. Bahwa hidup tak hanya ada pada raga tetapi juga jiwa. Bahwa hidup keseluruhannya adalah kebaikan.

Tetapi bukankah ada keburukan? Keburukan yang ada pun ada kebaikan di dalamnya.

Bagaimana bisa?

Yakni dengan meninggalkan keburukan, bukankah akan lahir kebaikan dalam diri kita? Kebaikan yang luar biasa.

Orang-orang yang jiwanya utuh,

Menjadikan hidupnya sebagai hamparan kesempatan untuk melakukan kebaikan (saja).

Mereka yang jiwanya tak utuh, Menjadikan hidupnya sebagai hamparan kesempatan untuk melakukan kebaikan dan atau melakukan keburukan.

Orang yg jiwanya utuh, Ibarat menuangkan air ke dalam gelas yang utuh. Bukankah kita bisa menuangkan air dengan tenang, karena kita yakin gelas tersebut itu utuh, tidak pecah, tidak retak.

Orang yang jiwanya utuh, Maka apapun yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dialami dalam hidup, selalu menjadi inspirasi untuk berbuat kebaikan.

Apa yang harus kita perbuat agar jiwa ini utuh?

Allah adalah Maha Segala-galanya. Menciptakan manusia dengan jiwa yang sempurna. Dan Allah telah pula menciptakan mekanisme agar manusia bisa menjaga keutuhan jiwanya.

Hidup adalah perjalanan, Mari kita pahami logika perjalanan. Bukankah ketika melakukan perjalanan berarti ada yang kita tinggal dan ada yang kita tuju. Maka apa yang sebenarnya sedang kita tuju dan apa yang sedang kita tinggalkan?

Faktanya, mereka yang utuh jiwanya, Sedang melakukan perjalanan dari kesenangan dunia menuju kesenangan akhirat. Meninggalkan kesenangan dunia bukan berarti kesengsaraan, karena Allah akan menggantikannya dengan kesenangan akhirat.

Bukankah sama-sama senang? Yang berbeda hanya dunia atau akhiranya saja. Dan tidak akan sampai kita pada kesenangan akhirat jika kita masing senang akan dunia. Ibaratnya kita sedang di jogja mau ke jakarta, hal yang mustahil kita sampai jakarta sedangkan kita masih di jogja.

Mari kita tes diri kita, sampai sejauh mana perjalanan sudah kita tempuh. Jika kita masih mementingkan nonton bola dibanding shola t malam, maka bisa diartikan kehidupan kita masih jalan di tempat. Belum sampai pada kesenangan akhirat.

Berarti kita ga boleh mengumpulkan harta?

Harta adalah bagian dari dunia. Namun bisa kita gunakan untuk kesenangan akhirat. Bukankah yang menjadi titik persoalan adalah "kesenangan"nya, bukan "harta"nya. Maka bersedekah 1 juta lebih terasa nikmatnya dibanding bersenang-senang dengan membeli baju 1 juta.

Membaca Al Quran lebih nikmat dibanding membaca komik.

Maka, Jadikanlah dunia yang kita cintai untuk mengejar surga. Yang cinta ini membuatkita semakin merindu surga. Bukan cinta pada kesenangan dunia, tetapi cinta pada dunia, cinta pada harta, cinta pada uang. Yang dengan harta atau uang yang banyak bisa membuat kita bersedekah sebanyak-banyaknya.

Adapun jiwa-jiwa yang pecah, akan memandang hidup ini sebagai kesempatan untuk berbuat keburukan. Jiwa yang rusak memiliki 3 indikasi yakni :

* Dhulmun : lebih mengutamakan-mendahulukan kesenangan dunia daripada kesenangan akhirat. Mereka berbuat lebih karena "ingin" bukan karena "butuh". Membeli baju karena ingin, melihat lawan jenis hanya karena ingin, berinternet hanya karena ingin.

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَ : Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi (Q.S Al A'la: 16).

* Ananiyyun: memandang diri sebagai sosok yang istimewa dan diistimewakan. Merasa susah jika kebagian duduk di belakang. Merasa kesal jika tidak disapa. Merasa menjadi sosok yang harus dihormati.
* Jahlun: bersahabat dengan sikap dan perbuatan yang tidak mencerahkan hidup di akhirat. Nonton bola, baca komik, tentunya bukan contoh perbuatan yang mencerahkan akhirat kita.

Puasa-puasa Sunnah

Smile World >> 19.50 >>
1. Puasa 6 hari pada bulan Syawwal

Dari Abu Ayyub Al-Anshory bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّال كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barang siapa berpuasa Ramadhan, kemudian melanjutkan dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawal, maka seperti ia berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim)

1.Puasa Syawal tidak boleh dilakukan pada hari yang dilarang berpuasa di dalamnya, yakni pada hari Idul Fitri.
2.Puasa tersebut tidak disyaratkan harus berurutan, sebagaimana kemutlakan hadits –hadits di atas, akan tetapi lebih utama bersegera dalam kebaikan.
3.Jika ada kewajiban mengqodo’ puasa Ramadhan maka dianjurkan mendahulukan qodo baru kemudian berpuasa Syawal 6 hari sebagaimana hadits dari Abu Ayyub Al-Anshori di atas.

2. Puasa pada hari Arafah bagi yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صِيَام ُيَوْمِ عَرَفَةَ أحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ. وَالسَّنَةَ الّتِي بَعْدَهُ

“Puasa pada hari Arofah, aku berharap kepada Allah agar mengampuni dosa-dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim)

Adapun bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah haji, maka yang lebih utama adalah tidak berpuasa pada hari Arofah sebagaimana yang diamalkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya.

3. Puasa pada hari Asyura’ (10 Muharrom) dan sehari sebelumnya

Dari Abu Qotadah bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“Puasa pada hari ‘Asyuro’, aku berharap kepada Allah agar mengampuni dosa-dosa setahun yang telah lalu.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ لأَصُوْمَنَّ التَاسِعَ

“Sungguh jika aku masih hidup sampai tahun depan aku akan berpuasa pada hari yang kesembilan.” (HR. Muslim)

4. Memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata:

فَمَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ.

“Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan tidaklah saya melihat beliau memperbanyak puasa dalam suatu bulan seperti banyaknya beliau berpuasa pada bulan sya’ban.” (HR. Bukhari)

1.Adapun mengkhususkan puasa atau amalan lainnya pada nisfu sya’ban (pertengahan sya’ban), maka hal ini tidak ada tuntunannya dalam syariat, karena dalil-dalil yang ada sangat lemah dan bahkan ada yang maudhu (palsu).
2.Hendaknya tidak berpuasa pada hari syak (hari yang meragukan apakah sudah masuk ramadhan atau belum), yakni sehari atau dua hari pada akhir Sya’ban, kecuali bagi seseorang yang kebetulan bertepatan dengan puasa yang biasa dilakukannya dari puasa-pusa sunnah yang disyariatkan semisal puasa dawud atau puasa senin kamis.

5. Memperbanyak Puasa Pada Bulan Muharrom

Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

أفْضَلُ الصِّيَامِ، بَعْدَ رَمَضَانَ، شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ وَ أفْضَلُ الصَّلاةِ بَعْدَ الفَرِيْضَةِ صَلاةُ اللَيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah yakni bulan Muharrom, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR. Muslim)

6. Puasa Hari Senin dan Kamis

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Amal-amal ditampakkan pada hari senin dan kamis, maka aku suka jika ditampakkan amalku dan aku dalam keadaan berpuasa.” (Shahih, riwayat An-Nasa’i)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang puasa pada hari senin, beliau bersabda:

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ. وَيَوْمٌ بُعِثْتُ (أَوْ أَنْزِلَ عَلَيَّ فِيْهِ)

“Ia adalah hari ketika aku dilahirkan dan hari ketika aku diutus (atau diturunkan (wahyu) kepadaku ).” (HR. Muslim)

7. Puasa 3 hari setiap bulan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata,

أوْصَانِى خَلِيْلِى صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلاثٍ: صِيَامِ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتَى الضُحَى، وَأَنْ أَوْترَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ

“Kekasihku, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Mewasiatkan kepadaku tiga perkara: puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat shalat dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari Muslim)

Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat. Artinya, ada yang mengatakan tanggal 13, 14 dan 15 bulan Islam (Qomariyah), yang disebut ayyamul bidh. Ada yang mengatakan bebas, yang tterpenting tiga hari dalam tiap bulan.

Sedangkan dalil yaumul bidh, adalah perkataan salah seorang sahabat radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَصُوْمَ مِنَ الشَّهْر ِثَلاثَةَ أَيَّامِ البَيْضِ: ثَلاثَ عَشْرَةَ، وَ أَرْبَعَ عَشْرَةَ ، وَخَمْسَ عَشْرَةَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk berpuasa pada tiga hari ‘baidh’: tanggal 13, 14 dan 15.” (Hadits Hasan, dikeluarkan oleh An-nasa’i dan yang lainnya)

8. Berpuasa Sehari dan Berbuka Sehari (Puasa Dawud ‘alaihis salam)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أحَبُّ الصِّيَامِ إلى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ، وَأحَبُّ الصَّلاةِ إِلَى اللهِ صَلاةُ دَاوُدَ: كَانَ يَنَامُ نِصْفَ الليل، وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ، وَكَانَ يُفْطِرُ يَوْمًا وَيَصُوْمُ يَوْمًا (متفق عليه)

“Puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Nabi Dawud, dan shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Dawud, adalah beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya, adalah beliau berbuka sehari dan berpuasa sehari.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Dibalik Kesuksesan Christian Gonzales

Smile World >> 23.19 >>
"KATA-KATA HIKMAH" pada 19 Desember 2010 jam 6:35
Gonzales bangga sebagai warga negara Indonesia
Sahabat...
Menyaksikan laga Semmifinal Piala AFF antara Timnas Indonesia melawan
Filipina sangat menegangkan.
Karena Filipina diperkuat pemain-pemain berbakat yang biasa berlaga di
Liga Inggris dan memberikan perlawanan yang baik. Alhamdulillah
Christian Gonzales dapat menjebol gawang Filipina yang dikawal Neil
Etherington di menit ke-31. Sebuah umpan jauh kapten Firman Utina
gagal diantisipasi Etherington --kiper ketiga klub Liga Inggris
Fulham-- yang mencoba memotong bola, mudah bagi Gonzales karena gawang
sudah tak dijaga.

Setelah memasukkan gol pada semi final kemarin
Sahabat...
Yang menarik bagi saya, sukses Gonzales yang ternyata mempunyai nama
Islam Mustafa Habibi mencetak gol satu-satunya tak lepas dari berkah
shalat tahajud yang dilakukan sehari sebelum pertandingan krusial
tersebut . Hal ini disampaikan istri Gonzales, Eva Siregar, dalam
sebuah tayangan infoteinment di sebuah TV swasta, "Tadi malam (Rabu
malam) saya sekeluarga tahajud, berdoa semoga suami saya mencetak gol
pada pertandingan nanti," tutur Eva. Menurut Eva, Suaminya Christian
Gonzales sekarang ini selalu mengalarm jam 1 untuk shalat tahajud
bersama dan berdoa agar Indonesia bisa juara.

Salah satu cara bersyukur setelah memasukkan gol
Setelah memasukkan gol, tidak lupa bahwa itu adalah anugerah Allah
Tuhan yang Kuasa
Lalu siapa sebenarnya Christian Gonzales, yang ternyata seorang Mualaf
dan dia bangga menjadi warga negara Indonesia ?

Muallaf Christian Gonzales
Christian Gonzales, pemain cemerlang bertabur bintang dengan gelar
peraih top skor 4 tahun berturut-turut merupakan sosok yang tak asing
lagi di dunia persepakbolaan tanah air Indonesia. Namun siapa
menyangka, dibalik kesuksesan Gonzales terdapat suatu kekuatan yang
menyemangati hidupnya, terlebih setelah ia menjadi Muallaf, kekuatan
itu tidak lain adalah kekuatan doa.

Gonzales atau yang memiliki nama lengkap Christian Gerard Alfaro
Gonzales dilahirkan di Monteveido, Uruguay pada tanggal 30 Agustus
1976 dari seorang ayah angkatan militer bernama Eduardo Alfaro dan ibu
seorang suster di rumah sakit Montevideo bernama Meriam Gonzales.

Kedua pasangan ini, khususnya sang ibu adalah penganut agama Katolik
yang taat. Gambar Bunda Maria selalu menempel di setiap sudut ruangan
rumah dan tempat kerjanya. Bahkan saking fanatiknya, gambar Bunda
Maria kerap dibawa kemana-mana oleh ibunya.

Ketaatan dari sang ibu nampaknya berpengaruh pada diri Gonzales, anak
ketiga dari enam saudara ini kerap pergi ke Gereja dua sampai tiga
kali dalam seminggu, oleh karena itu tidak heran jika Gonzales dikenal
sebagai anak yang taat dalam beragama.

Perkenalannya dengan dunia sepak bola, dimulai ketika Gonzales berusia
6 tahun. Semula ayahnya berharap Gonzales dapat meneruskan jejaknya
menjadi seorang militer, namun karena kegilaannya terhadap dunia sepak
bola, harapan itu tak terpenuhi.

Menginjak usia ke 18 tahun, pria yang menyukai warna hitam ini bertemu
dengan seorang wanita beragama Islam asal Indonesia, Eva Nurida
Siregar di Cile, Amerika latin pada tahun 1994. Saat itu Eva menekuni
salsa di sekolah Vinadelmar. Lama berkenalan akhirnya Gonzales
menyimpan hati pada Eva. Dan tak lama kemudian Cintanya berbalas.

Sebagai penganut Katolik, lelaki yang dikenal pendiam ini sama sekali
tidak mengenal agama Islam yang dianut pujaan hatinya, begitu pun
dengan sang ibu. "Sebelum ketemu istri, saya sama sekali tidak tahu
Islam" ungkap pria penggemar Rivaldo. Maka peran Eva pun menjadi
berat, ia berulang kali menjelaskan tentang ajaran Islam yang
dianutnya.

Usaha wanita kelahiran Pekanbaru ini akhirnya berhasil. Eva Nurida
Siregar yang beragama Islam dan Christian Gerard Alfaro Gonzales yang
beragama Katolik menikah dan hidup bersama di Uruguay pada tahun 1995.

Karir pria yang memiliki tinggi badan 177 Cm ini di dalam persepak
bolaan terus berkembang, mulai dari Klub Penarol Uruguay (1988-1991),
South Amerika (1994-1995), Huracan de Carientes Argentina (1997) dan
Deportivo Maldonado (2000-2002) pernah dijajaikinya.
Perkembangan karir ini sebetulnya tidak lepas dari peran Eva. Setiap
kali pemain sepak bola yang dijuluku elloco (si gila) ini mau
berangkat bertanding, wanita yang biasa dipanggil Amor oleh Gonzales
ini selalu memanjatkan doa kepada Allah SWT. Dalam berdoa terkadang
Eva sengaja mengeraskan suara dengan harapan Gonzales dapat
mendengarnya.

Kebiasaan inilah yang membuat Gonzales mulai tertarik dengan ajaran
Islam. Ia sendiri tidak akan beranjak pergi sebelum kekasihnya selesai
berdoa. Karena dari doa inilah Gonzales menemukan kedamaian dan
ketenangan yang selama ini tidak didapatkan dari agama yang dianut
sebelumnya. Doa ini pula yang membuat dirinya semakin bersemangat dan
optimis setiap kali bertanding di lapangan hijau.

Tidak hanya itu, Gonzales terkadang memperhatikan kebiasaan Eva yang
selalu mengucapkan bismilah ketika mau melakukan sesuatu atau
mengucapkan istighfar ketika dihadapkan pada konflik, serta ucapan
lainnya yang menjadi doa umat Islam.

Pada tahun 2002 pria yang menyukai aktor Tom Cruise ini menerima
sebuah tawaran dari agen sepak bola untuk bermain di Indonesia. Ia pun
tertarik dan akhirnya menerima tawaran tersebut dengan merumput di
Indonesia bersama PSM Makassar pada tahun 2003.

Indonesia merupakan negara yang berpenduduk mayoritas beragama Islam,
selama ini Gonzales hanya mengenal Islam melalui istrinya dan ini
dirasa tidak cukup. Sekarang pemain yang doyan sup ayam ini bisa
langsung menemukan Islam dari para penganutnya.

"Saya tidak pernah memaksa Gonzales masuk Islam". Ungkap Eva
"Kadang-kadang setelah saya baca buku tentang ajaran Islam, saya
simpan buku itu di meja dan Christian diam-diam membacanya, maka dia
kemudian tau bagaimana sikap suami terhadap istrinya dalam Islam dan
bagaimana sikap istri terhadap suaminya" Lanjutnya mengenang saat
pertama kali tinggal di Indonesia bersama Gonzales.

Maka tepat pada tanggal 9 Oktober 2003 Christian Gonzales memutuskan
untuk masuk Islam atas dasar kemauan sendiri dengan disaksikan oleh
ustadz Mustafa di Mesjid Agung al Akbar Surabaya. Christian Gerard
Alfaro Gonzales kemudian diberi nama Mustafa Habibi. Nama Mustafa
diambil dari guru spiritualnya, ustadz Mustafa sedangkan Habibi
(cintaku) diambil karena rasa cinta sang istri amat besar kepada
Christian Gonzales.

Islam memiliki kesan tersendiri bagi Gonzales "Karena di dalam Islam
setiap ada sesuatu ada ucapan doanya seperti ketika masuk rumah
mengucapkan assalamualaikum, ketika mau melakukan sesuatu diawali
dengan basmalah, dan setiap melangkah dalam Islam selalu aja ada
bacaan. Dan ini menjadi hati saya merasa tenang" Ungkap Eva mengutip
ucapan Gonzales.

Keislaman pria penggemar Manchester United ini kemudian dilegalkan di
Kediri dengan Piagam muallaf dari Urusan agama setempat sekaligus
melegalkan pernikahan antara Christian Gonzales dengan Eva Siregar.

Sang ibu, Meriam Gonzales saat dikabarkan keislaman anaknya, menerima
dengan ikhlas agama yang dipilih anak tercintanya, ia hanya berharap
anaknya meraih kesuksesan di masa depan. Namun untuk menjalin hubungan
keluarga, Gonzales dan Eva setiap hari tidak ketinggalan menghubungi
ibunya, hanya sekedar menanyakan kabar dari negara nun jauh di sana.

Seakan menemukan air di gurun sahara, begitulah kondisi pemain yang
mencetak 33 gol untuk PSM Makassar saat itu. Dengan bimbingan Ustadz
Mustafa, Gonzales mulai mengenal Islam lebih dalam. Selain itu Hj
Fatimah, ulama terkenal asal Mojosari dan Hj. Nurhasanah turut menjadi
guru spiritual Gonzales. Bahkan Majlis Ulama Gresik sendiri sampai
mengangkat Gonzales beserta keluarganya sebagai anak angkat mereka.

Hj. Nurhasanah biasa dipanggil Bunda, selalu menyemangati Gonzales
dengan nasehat untuk selalu berdoa. "Kamu harus kuat-kuat doa" kenang
Eva menirukan ucapan Hj. Nurhasanah. Begitu pun Hj Fatimah, ustadzah
yang membangun mesjid dengan nama Gonzali ini baik via telephone atau
tatap muka selalu menyemangati Gonzales dengan doa sambil menangis.

Selama di Kediri, ayah empat anak ini bermain membela Persik Kediri
dan tinggal di perumahan Taman Persada. Rumah ini menjadi awal
kehidupan baru bagi Mustafa Habibi. Islam telah banyak merubah
dirinya. Setiap tengah malam ia terbiasa membangunkan istrinya untuk
shalat tahajud atau sekedar berdoa.

Setiap kali pertandingan akan digelar keesokan harinya, Eva sang istri
selalu mengadakan pengajian yang dihadiri oleh ibu-ibu sekitar
rumahnya dan diakhiri dengan pembacaan doa. Sementara pengajian
berlangsung, Gonzales selalu memperhatikan pengajian dan duduk
disamping Eva atau terkadang ia duduk di belakang ibu-ibu pengajian.
Maka tidak heran jika Eva lupa tidak mempersiapkan pengajian orang
yang pertama kali menegurnya adalah suaminya sendiri.
Namun Gonzales bukanlah manusia yang sempurna, sama seperti pemain
lainnya dalam pertandingan sepak bola, konflik kadang tidak bisa
dihindari. Tercatat pada tahun 2004, Gonzales pernah memiliki masalah
dengan Abu Shaleh Pengurus Pengda PSSI Banten saat PSM Makassar
menjamu Persikota Tanggerang. Tahun 2006, Gonzales bermasalah dengan
Emanuel de Porras striker PSIS. Setahun kemudian Gonzales berurusan
dengan wasit Rahmat Hidayat saat melawan Pelita Jaya Jawabarat dan
pada tahun 2008 Gonzales berurusan dengan Erwinsyah Hasibuan bek dari
PSMS.

Tentunya permaslahan ini berujung pada sanski yang dikeluarkan tim
disiplin PSSI, mulai dari denda sampai larangan bermain. Sanksi ini
bagi Gonzales merupakan ujian berat, dan pada saat yang sama guru-guru
spiritual Gonzales selalu membingbing dan menyemangati Gonzales untuk
tetap bangkit dan bersabar menerima cobaan. Terbukti, nasehat ini
berhasil membawa Gonzales terus bangkit dan kembali berlaga untuk
menciptakan gol di lapangan hijau.

Popularitas dan harta yang melimpah ruah tidak begitu mempengaruhi
Gonzales, ia bukanlah tipe orang yang suka menghambur hamburkan uang.
Bahkan ia akan sangat marah jika ada orang yang mengajaknya ke klub
atau tempat hiburan malam dan tak segan Gonzales akan memutuskan
hubungan dengan orang tersebut.

Harta yang ia raih dari perjuangannya di persepakbolaan lebih suka ia
berikan kepada anak yatim, fakir miskin dan ibu-ibu pengajian sebagai
zakat dan shadaqah. Hal ini dilakukan karena Gonzales mengetahui
kewajiban zakat yang ia baca dari buku-buku keislaman milik istrinya.

Sempat Gonzales beserta istrinya berkeinginan untuk menunaikan haji
tahun 2008, namun Allah berkehendak lain uang yang di dapatkan dari
peralihan top skor sebanyak 50 juta digunakan guna membiayai operasi
istrinya untuk melahirkan anak keempat, Vanesa Siregar Gonzales .

Menyangkut kebiasaanya dalam pertandingan sepak bola, pemain yang
rajin bersih-bersih rumah ini setiap kali berangkat bertanding selalu
membawa tasbih di dalam tasnya dan beberapa buku doa sebagai
perbekalan. Selain itu tidak seperti pemain muslim lainnya yang sujud
syukur ketika menciptakan gol, bagi Gonzales bentuk rasa syukur ketika
berhasil mencetak gol adalah dengan mengangkat telunjuknya ke mulut
seraya menengadah ke langit, hal ini merupakan isyarat rasa syukur
terhadap Allah yang Maha Esa. Tetapi kadang juga dengan sujud syukur.

Bahkan pada saat membela tim Persib Bandung, pria berkalung ayat kursi
ini menggunakan nomor punggung 99. Nomor ini dipilih bukan tanpa
alasan, 99 merupakan isyarat asma Allah yang dikenal dengan asmaul
husna.

Terkait harapannya ke depan, Gonzales sangat perhatian dengan keluarga
"Saya berharap anak-anak menjadi anak yang shaleh dan sehat wal
afiyat, semoga Allah melindungi, supaya ketika masalah datang ya cepat
hilang" demikian keinginan Gonzales.

Sahabat Hikmah...
Kadang seorang Mualaf lebih bersemangat dalam beragama.
Karena dia mau belajar dan karena mau mengamalkannya sedikit demi sedikit.
Sedangkan orang muslim yang tidak mau belajar, pasti dia tidak yakin
dan tidak memahami agamanya sehingga untuk mengamalkannya pun menjadi
beban.
Semoga kita tidak kalah dalam beribadah dengan Christian Gonzales.
Dan semoga Christian Gonzales atau Mustafa Habibi diberikan
keistiqomahan, dan Indonesia bisa juara dalam piala AFF 2010 ini.
Amin.

Allah SWT berfirman (artinya), ''Dan di antara waktu malam, maka
bertahajudlah sebagai
(ibadah) kesunatan bagimu, semoga Tuhan mengangkatmu ke derajat yang
mulia.'' (Al-Israa': 79).

Sebuah hadis qudsi tentang fadhilah Tahajud, sebagaimana diriwayatkan
Bukhari, Muslim, Malik, Turmudzi, dan Abu Dawud, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, ''Tuhanmu yang Maha Pemberi Berkah dan Maha Mulia, selalu
turun ke langit dunia setiap malam, pada paruh waktu seperti tiga
malam terakhir, dan Dia berfirman, 'Barang siapa yang berdoa kepada-Ku
maka akan Aku kabulkan, barangsiapa mengajukan permintaan kepada-Ku
akan Aku berikan, dan barangsiapa memohon ampun kepada-Ku akan Aku
ampuni'.''

Keutamaan Ibadah Qurban

Smile World >> 21.19 >>
Oleh Iskandar Zulkarnaen

Telah banyak disebutkan tentang keutamaan ibadah qurban melalui hadits-hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah. Diantaranya adalah:

1. Pengampunan dari Allah

Rasulullah SAW telah bersabda kepada anaknya, Fatimah, ketika beliau ingin menyembelih hewan qurban. ”Fatimah, berdirilah dan saksikan hewan sembelihanmu itu. Sesungguhnya kamu diampuni pada saat awal tetesan darah itu dari dosa-dosa yang kamu lakukan. Dan bacalah : Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah SWT, Rabb alam semesta. (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi)

2. Keridhaan Allah

Ibnu Juraij meriwayatkan bahwa dulu orang-orang jahiliyah berqurban dengan daging dan darah unta yang dipersembahkan untuk ka’bah (dan patung-patung sesembahan mereka) melihat hal demikian maka para sahabat mengadu kepada Rosulullah seraya berkata, ”kita lebih berhak dalam berqurban.” Dari peristiwa ini turunlah ayat : “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah , tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya…” (Al – Hajj :37)

3. Amalan yang paling dicintai Allah pada hari raya idul adha

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Aisyah R.A, Rosulullah telah bersabda tentang keutamaan orang-orang yang melaksanakan ibadah qurban : “Tidak ada suatu amalan yang paling dicintai Allah dari Bani Adam ketika hari raya Idul Adha selain menyembelih hewan qurban…(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan hakim)

4. Hewan qurban sebagai saksi dihari kiamat

Rosulullah telah bersabda dalam sambungan hadits yang diriwayatkan Aisyah: “Sesungguhnya hewan qurban itu akan datang pada hari kiamat (sebagai saksi) dengan tanduk, bulu, dan kukunya. Dan sesungguhnya darah hewan qurban telah terletak disuatu tempat disisi Allah sebelum mengalir ditanah. Karena itu, bahagiakan dirimu dengannya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan hakim)

Menurut Tirmidzi hadits tersebut hasan, sedangkan hakim berpendapat bahwa isnadnya shahih. Sebagian ulama mengatakan isnadnya lemah. Namun karena hadits tersebut mengandung ajaran tentang keutamaan qurban, hadits tersebut tidak tercela.

5. Mendapatkan pahala yang besar

Pahala yang amat besar, yakni diumpamakan seperti banyaknya bulu dari binatang yang disembelih, ini merupakan penggambaran saja tentang betapa besarnya pahala itu, hal ini dinyatakan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya : \"Pada tiap-tiap lembar bulunya itu kita memperoleh satu kebaikan.\" (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Sumber : http://www.rumahzakat.org/detail.php?id=7309&kd=A